Selasa, 30 April 2013

VIT TO TERNA G



VIT TO TERNA G


Peternak ayam petelur dalam perkembangan hasil budidayanya biasa terjadi fluktuasi  hasil panen dalam bentuk telur. Banyak permasalahan yang terkait di dalamnya seperti usia produktif ayam, mutu benih awal, cuaca, pakan, pengelolaan kandang, kesehatan ayam, dll. Selain kuantitas telur yang dihasilkan terkadang dalam kualitasnya sering ditemui keadan telur yang kurang bagus misalnya cangkang telur yang lunak ataupun mudah pecah, bentuk yang tidak sempurna, dll.

Telur yang dihasilkan  berasal dari nutrisi pakan yang diserap oleh alat pencernaan ayam itu sendiri. Selain untuk energi ayam, pertumbuhan, dan sebagian sisanya akan dirubah dalam bentuk telur. Secara alami ayam petelur mempunyai kinerja dalam tubuhnya untuk membentuk kelebihan nutrisi yang diserap akan dirubah dalam bentuk telur.

Memaksimalkan daya serap nutrisi, penambahan  nutisi/mineral selain dari pakan yang diberikan, meningkatkan daya tahan ayam terhadap penyakit dan cuaca merupakan bagian yang tak bisa ditinggalkan untuk mengoptimalkan ayam dalam menghasilkan telur yang baik kualitas maupun kuantitasnya

VIT TO TERNA G merupakan salah satu pemecahan masalah yang dihadapi untuk menghasilkan telur yang baik. Didalamnya terkandung nutrisi/mineral yang bisa diserap ayam, mengandung mikrobia yang dapat memaksimalkan penyerapan nutiri dari pakan, meningkatkan daya tahan ayam terhadap penyakit dan perubahan fluktasi cuaca, merangsang pengubahan nutrisi yang diserap untuk dihasilkan menjadi telur.

VIT TO TERNA G  bermanfaat untuk:
·         Menyehatkan dan menambah nafsu makan
·         Mensuplay berbagai nutrisi, mineral, pprotein dan vitamin pada ternak
·         Mengoptimalkan daya serap nutrisi pakan pada  pencernakan ternak
·         Meningatkan kinerja enzim pencernaan ternak
·         Mempercepat adaptasi ternak terhadap pakan
·         Meningkatkan hasil produksi telur baik kualitas maupun kuantitasnya
·         Mengurangi bau kotoran
VIT TO TERNA G sangat ramah lingkungan serta mudah digunakan dapat dicampurkan pada semua jenis pakan / minuman ternak. Kandungan Nutrisi  dan Multi Mikroorganisme pada VIT TO TERNA G mampu menekan pertumbuhan mikrobia yang mengganggu pencernaan dan mengembangkan bakteri yang bermanfaat bagi ternak,  menjadikan pakan/minuman ternak lebih berkualitas dan menghemat biaya.

BUDIDAYA KACANG PANJANG



TEKNIS BUDIDAYA KACANG PANJANG
Syarat tumbuh :
Kacang panjang tumbuh baik pada tanah latosol atau lempung berpasir,subur,mengandung bahan organic tinggi dan drainasenya baik,pH 5,5 – 6,5 ,suhu antara 20 – 30 oC ,iklim kering ,curah hujan antara 600 – 1.500 mm/tahun
I.                    BENIH
1.       Benih yang digunakan adalah yang murni ,bernas/kusam ,daya tumbuh diatas 85% ,tidak mengandung wabah hama dan penyakit .
2.       Keperluan benih per Ha : 15 -20 kg
3.       Benih langsung ditanam pada lubang tanam dengan cara ditugal .
II.                  OLAH TANAH
1.       Lahan dicangkul / dibajak hingga tanah menjadi gembur
2.       Buat bedengan dengan ukuran 60 – 80cm, jarak antara bedengan 30cm, tinggi 30cm, panjang disesuaikan
3.       Jika pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran dengan dolomite sebanyak 1 -2ton /Ha dan dicampur merata dengan tanah pada lapisan olah tanah -+ 30cm
III.                PENANAMAN
1.       Jarak lubang tanam 20x50cm ,30x40cm
2.       Waktu tanam yang baik adalah awal musim hujan / awal musim kemarau, jika pengairan cukup bisa sepanjang musim
3.       Benih direndam dengan HORTECH dan BIO SPF dengan dosis 1tutup/liter air selama 30menit lalu ditiriskan

4.       Benih dimasukkan kelubang tanam sebanyak 2biji, dan ditutup tanah halus tipis tipis
5.       Benih yang tidak tumbuh disulam pada hari ke5 setelah tanam
IV.                PEMUPUKAN
1.       Pupuk NPK , dosis per Ha :
Pupuk Dasar  Urea 50kg
                         TSP   75kg
                         KCL   25kg
Umur 45 hari  Urea 50kg
                          TSP   25kg
                          KCL   75kg
Atau disesuaikan rekomendasi daerah setempat, Pupuk diberikan didalam lubang pupuk yang terletak disebelah lubang tanam .
2.       Pupuk MOSA GOLD sebanyak 1 botol , 500gr dicampurkan pada pupuk NPK secara merata saat pupuk dasar,untuk luas 1000m2
3.       Pupuk Organik Cair AGRITECH dan Hormon Organik HORTECH disemprotkan / disiram pada tanaman umur (akan lebih maksimal jika ditambahkaan dengan BIO SPF).
2 minggu :    1 tutup HORTECH /tangki 14ltr
                    10 tutup AGRITECH /tangki 14ltr
4 minggu :    1 tutup HORTECH /tangki 14ltr
                    14 tutup AGRITECH /tangki 14ltr
6 minggu :    1 tutup HORTECH /tangki 14ltr
                    14 tutup AGRITECH /tangki 14ltr



V.                  PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 – 3minggu setelah tanam,tergantung pertumbuhan rumput.Penyiangan dengan cara mencabut rumput atau dengan alat koret.
VI.                PEMANGKASAN
Kacang panjang menjelang berbunga yang terlalu rimbun perlu dipangkas daun maupun ujung batang.Dengan pemangkasan,bunga yang muncul diharapkan akan lebih banyak.
VII.              PENGENDALIAN OPT
Pengendalian OPT pada kacang panjang dilakukan sesuai dengan jenis Organisme Pengganggunya
A.      Ulat grayak ( spodoptera litura F )
Gejala :
-          daun berlubang, ukuran tidak pasti, serangan berat pada musim kemarau.Bisa juga menyerang polong.
Pengendalian :
-          Rotasi tanaman, menjaga kebersihan kebun.
-          Semprot TOP BN 30gr /tangki 15ltr
Dosis 100gr TOP BN /1000m2








B.      Layu Bakteri ( Pseudomonas  Solanacearum )
Gejala :
-          Tanaman layu secara mendadak,serangan berat banyak tanaman yang mati.
Pengendalian :
-          Rotasi tanaman
-          SUPER GLIO 100gr dicampur pupuk kompos yang jadi,ditabur pada lubang tanam sebelum tanam benih
C.      Kutu daun ( Aphis cracivora Koch )
Gejala :
-          Daun keriting, tumbuh terlambat karna hama menghisap cairan sel.
-          Aphis bergerombol dipucuk daun atau buah.
Pengendalian :
-          Rotasi tanaman dengan tanaman beda Family
-          Semprot TOP BN
Konsentrasi 30gr /tangki 14ltr
Dosis 100gr /1000m2.

BUDIDAYA TAMBAK UDANG



BUDIDAYA TAMBAK UDANG

I. Pendahuluan
Budidaya udang windu di Indonesia baik di jawa maupun luar jawa pernah mengalami masa jaya pada kisaran tahun  1985-1995. Sistem budidaya yang super intensif dan dilakukan secara terus menerus tanpa ada perlakuan yang lebih bijak terhadap kondisi lahan menyebabkan penurunan terhadap panen yang didapat, bahkan sering terjadi gagal panen dalam pembudidayaanya. Selain dari aktifitas tambak sendiri juga didukung oleh polusi dari aktifitas  pabrik, limbah kota, dan pencemaran lainnya yang membuat merosotnya hasil  yang didapat. Sering terjadi, para pemodal kuat hanya memanfaatkan tambak dalam waktu yang singkat, asal mendapatkan keuntungan, awalnya budidaya dipacu semaksimal mungkin, tapi ketika daya dukung lahan merosot mereka meninggalkan lahan tersebut dan pindah mencari lahan baru yang masih bagus.  Sangat  disayangkan sebenarnya, lahan yang sudah terpakai hanya ditinggal begitu saja atau hanya dikelola lagi tetapi dengan ala kadarnya, karena jika dilakukaan seperti sistem awal kemungkinan yang terjadi adalah gagal panen.

II. Teknis Budidaya
Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu :

2.1. Syarat Teknis
Tempat ideal untuk budidaya tambak udang
-       Daerah pantai yang masih bersih perairannya, bebas dari polutan
-       Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain
-       Tekstur tanah yang kuat, liat, liat geluh pasiran
-       Ada aliran/sumber air tawar
-       Mudah diakses/transportasinya

2.2. Tipe Budidaya.
Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :

       - Tambak Ekstensif atau tradisional.
Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.

- Tambak Semi Intensif.
Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.

- Tambak Intensif.
Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.


 2.3. Benur
Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

2.4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :

-   Pengeringan kolam total
Kolam tambak dikeringkan dan dilakukan perbaikan terutam disisi pematang, aliran air dasar kolam.  Bersihkan hama/ikan liar yang masih ada ditambak, keringkan dari air. Pengeringan yang dilakukan, semakin kering semakin baik, untuk menghilangkan hama dan penyakit maupun ikan liar dan terjadinya pelepasan bahan/senyawa beracun

-   Pengangkatan lumpur.
Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.

- Pembalikan Tanah.
Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.

- Pengapuran.
Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.

- Perlakuan pupuk BIO MMC.
Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan BIO MMC dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol BIO MMC untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah BIO MMC ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

2.5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan BIO MMC. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.


2.6. Penebaran Benur.
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
-        Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
-        Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
-       Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
-       Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan.
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan BIO MMC dengan dosis 1 - 2 botol BIO MMC/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan BIO MMC.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan BIO MMC 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

2.8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.


III . Pakan Udang.
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Untuk meningkatkan mutu, menjaga kondisi daya tahan udang terhadap penyakit, memperkecil FCR, ditambahkan VIT TO TERNA pada pakan sebelum diberikan ke tambak. Dosisnya 1 botol 500 cc untuk 25-50 kg pakan. Pemberian VIT TO TERNA dilakukan tiap hari, minimal dilakukan tiap 1 minggu sekali.
Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
a.   Umur 1-10 hari pakan 01
b.   Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02
c.   Umur 16-30 hari pakan 02
d.   Umur 30-35 campuran 02 dengan 03
e.   Umur 36-50 hari pakan 03
f.    Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S
(jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari).
g.   Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen. Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.

IV. Penyakit.
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;

1. Bintik Putih.
Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan BIO MMC.

2. Bintik Hitam/Black Spot.
Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.

3. Kotoran Putih/mencret.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.





4. Insang Merah.
Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.

5. Nekrosis.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri yang merugikan dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan BIO MMC 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan perlakuan salinitasnya.
Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan BIO MMC sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.