Kamis, 30 Mei 2013

Pertanian Organik



PERTANIAN ORGANIK

Sudah di ketahui Pestisida kimia sangat berbahaya bagi :

  • ·         Kesehtan Petani,
  • ·         Hasil Produksi  Pertanian,
  • ·         Lingkungan Pertanian,
  • ·         Membuat hama menjadi kebal

Sudah di ketahui bahwa solusinya adalah pertanian organik , tetapi untuk  bertani secara organic petani masih takut karena :

  • ·         Lahan yang belum siap
  • ·         Hama penyakit yang susah di kendaliakan
  • ·         Turunya Hasil produksi
  • ·         Turunya Pendapatan petani

 karena itu produk kami hadir untuk membantu petani mewujudkan pertanian organic :

  • ·         Mempercepat perbaikan kondisi lahan pertanian
  • ·         Mengendalikan hama tanaman secara sistmik dengan Agen hayati
  • ·         Meningkatkan produksi dan pendapatan Petani


DIBUTUHKAN KERJASAMA
AGEN DAN DISTRIBUTOR DI BERBAGAI KECAMATAN,
AGEN DAN DISTRIBUTOR ONLINE


Selasa, 21 Mei 2013

SILASE BAHAN PAKAN TERNAK dari HIJAUAN



SILASE BAHAN PAKAN
TERNAK dari HIJAUAN


PROSES FERMENTASI HIJAUAN
1.       Siapkan rumput, daun hijauan ataupun  tebon jagung
2.       Cacah hijauan yang akan diolah menjaadi kecil kecil
3.       Siapkan dedak padi sebanyak 5% dari totakberat hijauan yang akan diolah
4.       Siapkan molase sebanyak 2% dari total hijauan
5.       Air secukupnya
6.       Siapkan Kantong plastik yang tidak bocor dan tali untuk mengikat bagian ujungnya
7.       SiapkanVITTO TERNA  (1liter untuk 2-5 ton hijauan
8.       Campukan molase, VITTO TERNA  dan Air secukupnya
9.       Campurkan dedak, hijauan dan larutan yang telah jadi dan aduk aduk hingga rata
10.   Masukan  bahan yang telah tercampu dalam kantong plastik hinga padat, hilanggkan/sedot udara dalam kantong (bisa menggunakan Vacuum
11.   Biarkan bahan minimal selama 12 hari
12.   Bahan siap diberikan untuk ternak atau disimpan, kalau disimpan pastikan bahan dalam keadaan kering bila agak  basah bisa dikeringanginkan kemudian simpan ditempat yang kering dan aman

Sabtu, 18 Mei 2013

fermentasi



FERMENTASI JERAMI PADI
UNTUK PAKAN TERNAK

PROSES FERMENTASI
1.        Persiapkan tempat yang terlindungi dari hujan, genangan air ataupun matahari secara langsung.
2.       Bila alas dasar lantai masih dari tanah harus diberi alas dari plastik ataupun terpal yang kuat,
3.       Persiapkan jerami padi yang akan difermentasi
4.       Persiapkaan  vitto terna(1 lt untuk 3-5 ton), Molase ( 2 liter  untuk 1 ton) dan air secukupnya
5.       Campur vitto terna, Molase dan air secukupnya.
6.       Ratakan jerami sedikit demi sedikit sambil disemprot dengan larutan yang telah jadi dan injak-injak hingga merata dan padat.
7.       Lakukan terus sampai ketinggian tumpukan 1,5-2 meter
8.       Setelah cukup tutup tumpukan dengan terpal/plastik
9.       Biarkan selama 12-15 hari
10.   Buka dan pakan siap digunakan atau disimpan, jika disimpan pastikan kondisi pakan dalam keadaan kering, bila masih agak basah  sebelum disimpan bisa dikering anginkan dahulu

Rabu, 08 Mei 2013

BUDIDAYA BAWANG MERAH



BUDIDAYA BAWANG MERAH
(Allium cepa)
I.              Syarat Tumbuh.

a.    Tanah :
Ø  Bawang merah dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, banyak humus, dan lebih baik ditanam di tanah alluvial.
Ø  pH tanah 5,6–6,5.
 jika pH < 5,5 tanaman akan teracuni Al sehingga menjadi kedil.
Jika pH >6,5 unsur Mn tidak tersedia,  sehingga tanaman kerdil.
b.    Iklim : 
Ø  Tumbuh baik pada iklim agak kering.
Ø  Suhu udara  25 – 30 0C.

c.    Ketinggian Tempat :
Ø  Cocok ditanam di dataran rendah ( 0 – 400 m dpl).

II.            Bibit.
Bawang merah bisa ditanam dengan biji atau umbi.  Jika menggunakan bibit, perlu dilakukan  pemilihan bibit yang berkualitas yaitu :
a.    Ukuran umbi bibit 3-4 gram/umbi,
b.    Umbi telah   telah disimpan 2-3 bulan,
c.    Umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya),
d.    Bentuk umbi kompak (tidak keropos),
e.    Kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
f.     Keperluan bibit untuk 1000 m2 adalah 120 Kg.

III.           Pengolahan Tanah

a.    Tanahdibuat  bedengan dengan lebar 100 -  120 cm.
b.    Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (kanal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
c.    Sebarkan pupuk kandang dosis 0,5-1 ton/1.000 m2 .
d.    Tanah dibedengan diolah sedalam 40 cm dan dihaluskan permukaannya.
e.    Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
f.     Untuk mencegah serangan penyakit layu  taburkan SUPER GLIO 100 gr/1 bungkus SUPER GLIO dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di  atas bedengan.

IV.          Pemupukan.
Ø  Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36  merata diatas bedengan, aduk rata dengan tanah.

Ø  Jika dipakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2dicampur rata dengan tanah di bedengan.


Ø  Siramkan MOSA GOLD yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 1 botol/1000  m2 dengan cara :
-    alternatif  1 : 1 botolMOSA GOLD  diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
-    alternatif  2 : setiap 1 gembor  (10  lt)  beri 1 sendok peres makan MOSA GOLD untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari


V.            Penanaman.
1.    Jarak Tanam
a.    Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
b.    Pada Musim Hujan  20 x 15 cm,  varietas Tiron
2.    Cara Tanam
a.    Umbi bibit direndam dulu dalam larutan BIO SPF dosis 1tutup botol  dan AGRITECH  2 tutup( 1 tutup : 10 cc)  dalam 2 liter air.
b.    Taburkan SUPER GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam dengan larutanBIO SPF dan AGRITECH.
c.    Simpan selama 2 hari sebelum tanam.
d.    Ujung umbi dipotong 1/3 bagian atas.
e.    Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam lubang tanam hingga permukaan irisan tertutup tanah tipis. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
f.     Bibit akan tumbuh setelah 1 minggu.


VI.          Awal Pertumbuhan ( 0 - 10 HST ).
1.    Pengamatan Hama
a.    Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua ), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.
b.    Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher, kendalikan dengan TOP BN30 gr dilarutkan dalam tanki isi 14 liter air.
c.    Layu Fusarium. Daun bawang menguning, tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoser). Tanaman yang terserang dicabut lalu dikumpulkan untuk dibakar. Pengendalian dengan SUPER GLIO 100 gr di campur kompos jadi 25 – 50 kg, didiamkan 1 minggu untuk disebar di bedengan seluas 1000 m2.
2.    Penyiangan dan Pembumbunan.
a.    Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang.
b.    Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang. Tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah.
c.    Bedengan yang rusak dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (melem).
3.    Pemupukan Susulan
a.    Dosis pemupukan tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan  KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
b.    Pemupukan  makro  2   kali  ( dosis   per  1000  m2 )   :
Ø  2 minggu : 5-9 kg Ure a +10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
Ø  4 minggu : 3-7 kg Urea+  7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
c.    Campur merata ketiga jenis pupuk, taburkan di sekitar rumpun atau garitan tanaman dan jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar.
d.    Jika pakai  Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4.    Pengairan
a.    Penyiraman dua kali, pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh  mencapai lebih 90 %
b.    Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang
c.    Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

VII.         Tanaman Fase Vegetatif ( 11- 35 HST ).
1.    Pengamatan Hama dan Penyakit.
a.    Hama Ulat bawang,  Spodopteraexigua (lihat diatas)
b.    Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak.  Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Pengendalian dengan penyemprotan TOP BN di sore hari, 30 gr TOP BN dilarutkan dalam tanki isi 14 liter. Dosis 100 gr TOP BN untuk 1000 m2.
c.    Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria poriimelalui umbi atau percikan air dari tanah. Terdapat bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun, tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi  busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika hujan rintik-rintik segera lakukan penyiraman.  Pengendalian dengan SUPER GLIO 100 gr di campur kompos jadi 25 – 50 kg, didiamkan 1 minggu untuk disebar di bedengan seluas 1000 m2.
d.    Penyakit Antraknose atau Otomotis, penyebab jamur Colletotricum gloesporiodes. Terbentuk bercak putih pada daun dan lekukan, menyebabkan patahnya daun secara serentak (otomatis). Tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan. Pengendalian dengan SUPER GLIO 100 gr di campur kompos jadi 25 – 50 kg, didiamkan 1 minggu untuk disebar di bedengan seluas 1000 m2
e.    Penyakit oleh virus. Pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah, terkulai serta anakannya sedikit. Pergunakan bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
f.     Busuk umbi oleh bakteri. Umbi jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
g.    Busuk umbi/ leher batang oleh jamur. Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase). Pengendalian dengan SUPER GLIO 100 gr di campur kompos jadi 25 – 50 kg, didiamkan 1 minggu untuk disebar di bedengan seluas 1000 m2.

Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan). Pestisida Kimia sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2.    Pemeliharaan  Tanaman
a.    Penyiangan kedua umur 30-35 HST, didangir, dibumbun dan bedengan yang rusak diperbaiki.
b.    Semprotkan AGRITECH, dosis 5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORTECH dengan dosis 1-2 tutup/ tanki.
c.    Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.




VIII.        Pembentukan Umbi  ( 36 - 50HST ).
Pengamatan HPT sama seperti fase vegetatif. Perlu diperhatikan pengairannya. Butuh air  cukup dimusim kemarau, perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.




IX.          Pematangan umbi ( 51- 65 HST ).
Fase ini tidak begitu banyak air. Penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

X.            Panen dan Pasca Panen.
1.    Panen
a.    60-90 % daun telah rebah, tanaman dataran rendah panen pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
b.    Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
c.    Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan ( dipocong).
2.    Pasca Panen
a.    Penjemuran dengan alas anyaman bambu ( gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 80 - 85 % baru disimpan di gudang.
b.    Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-29oC kelembaban 70-80%.
c.    Menjaga sanitasi gudang, jika ada umbi yang berjamur dikumpulkan untuk dimusnahkan.